Belajar Sampai Akhir Usia
Pria itu duduk persis dibelakangku. Kursinya berada di
sebelah kiri, nomer tiga dari garis depan. Rambutnya putih semua, kerutan
tampak memenuhi wajahnya dan kacamata tebal menutupi mata indahnya. Namun,
dibalik tubuhnya yang renta, terdapat
semangat belajar yang luar biasa. Baginya, belajar harus dilakukan sepanjang usia. Itulah
prinsip yang dijalankan oleh pria bernama Thomas Somaria.
Opa Thomas, begitu aku menyebutnya. Aku bertemu dengannya di
workshop Jurnalistik yang diadakan oleh gerejaku, MBK. Ditengah kerapuhan
tubuhnya dimakan usia, ia masih terus semangat dan mengasah skill yang ia
punya. Ia adalah peserta lansia satu-satu sekaligus peserta tertua di workshop
ini. Sebuah bukti ketekunan yang patut kita contoh dan benar-benar menjadi
inspirasiku untuk terus belajar hingga akhir usia.
Menulis bukanlah hal yang baru bagi Opa Thomas.
Pria yang
lahir di Jakarta 19 September 1942 ini sudah belajar menulis sejak kelas 4 SD.
Awalnya hasil tulisannya ia kirim ke majalah sekolah atau untuk ditempel di
mading sekolah. Berjalannya waktu, ia mencoba untuk mengirimkannya ke
media-media lokal. Berkat ketekunannya, karya-karyanya berhasil dimuat di beberapa media besar
seperti Sinar Harapan, dan Mingguan Jaya.
Opa lagi sibuk membaca hasil tulisannya |
Salah satu hasil karya Opa yang pernah diterbitkan di
Mingguan Jaya tahun 60an adalah terjemahan sajak-sajak Ho Ci Mien. Hebatnya
lagi, terjemahan sajak itu diterbitkan ketika Opa Thomas baru lulus dari SMA.
“Kamu
harus rajin membaca untuk bisa menulis. Gaya tulisan harus disesuaikan dengan
medianya,” nasehat opa ketika aku bertanya apa rahasianya bisa terus berkarya
sampai sekarang.
Ya, dalam menulis, opa tidak menspesialkan diri ke dalam
satu genre tertentu. Topik apapun akan ia tulis dan tentunya disesuaikan dengan
jenis medianya.
“Awalnya
saya menulis karena hobi. Lalu hobi itu bisa menghasilkan uang jadi saya
lakukan untuk sampingan. Kalau sekarang motivasi saya menulis itu untuk terus
berkarya,” cerita Opa padaku di tengah sesi workshop.
Opa Serius mmperhatikan materi workshop |
Kini
Opa Thomas rajin mengirimkan tulisannya ke majalah Rohani dan majalah internal
gereja. Opa Thomas pernah menjadi kontributor di majalah Penabur dan kini aktif
menjadi kontributor Warta Minggu di paroki MBK. Ide tulisan beliau sangat
ringan dan sederhana, biasanya seputar kegiatan paroki seperti bakti sosial,
dan acara wilayah.
Opa
sempat mengemukakan pendapatnya dan harapannya untuk anak muda jaman sekarang.
menurutnya anak muda dapat melahirkan sebuah reformasi di gereja Katolik
melalui tulisan-tulisannya di media masa. Dengan adanya tulisan itu,
persaudaraan umat katolik dapat semakin erat sehingga dapat menciptakan umat
yang makin beriman, makin bersaudara dan makin berbela rasa.
Semangat belajar Opa Thomas sudah seharusnya menjadi cambuk
bagi generasi muda untuk terus belajar. Belajar tidaklah mengenas batas usia.
Selama kita masih mampu berfikir dan berkarya, pergunakanlah sisa waktu kita
untuk terus berkarya dan menginspirasi orang lain.
Berfoto bersama Narasumber, Ibu Ita Sembiring |
Komentar
follow me ,https://twitter.com/rikobayuwirata