Unlimited Dream to be a Winner
Hidup memang tidak selalu kaku, seperti rumus matematika. Impian yang disertai dengan usaha dan doa kelak akan tercapai.
Moment
pencapaian itu terjadi ketika aku duduk di bangku SMA kelas satu. Saat
itu, Guru BP ku menawarkan perlombaan Abang None Buku Jakarta. Sebuah
kompetisi yang diadakan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk mencari duta
membaca. Saat mendengar tawaran itu aku segera menolak karena yakin aku
tidak akan lolos dengan persyaratan fisik. Sebelumnya aku telah
berkali-kali mencoba mengikuti lomba serupa dan sudah pasti aku tidak
lolos akibat ketidaksesuaian fisik.
Namun sang guru meyakinkanku bahwa lomba ini lebih menekankan pada intelektual peserta dibandingkan penampilan fisik semata.
Dengan
berbekal semangat dari sang guru, aku kembali menata impianku yang
telah terkubur. Aku kerjakan semua persyaratan lomba dengan
sebaik-baiknya. Tiap malam, mati-matian aku belajar bahasa Inggris dan
berlatih kepercayaan diri berpublic speaking di depan cermin.
Di sela-sela kegiatan sekolah, aku sempatkan membaca buku-buku
pengetahuan dan etika bersikap serta menonton isu-isu yang sedang hangat
diberitakan.
Saat masa karantina pun, aku mempersiapkan
diri sebaik-baiknya. Sampai sering komat-kamit dimana-mana untuk
mempersiapkan bahan presentasi. Aku tak gentar melihat peserta lain yang
lebih cantik dan pintar dariku. Dalam pikiranku yang terpenting adalah
lakukan yang terbaik terlebih dahulu, dan sukses akan datang menghampiri
kita. Tak lupa aku juga berdoa kepada Tuhan agar diberi kepercayaan
diri dan semangat dalam berkompetisi.
Tak disangka aku
bisa mendapatkan juara harapan. Aku cukup puas walau tidak mendapat
juara pertama dan jabatan Abang dan None Buku Jakarta. Juara pertama
bukan tujuan utama aku ikut kompetisi ini, namun aku ingin membuktikan
kepada diriku sendiri dan kepada orang lain bahwa selama kita berusaha
dan berdoa, mimpi bisa kita raih.
Jangan biarkan kekurangan fisik menjadi hambatan kita untuk meraih impian malah kita harus bisa membuat kekurangan itu menjadi kelebihan diri kita.
Dan
benar saja, sesudah pemilihan itu panitia pelaksana lebih sering
mengajakku untuk menjalankan tugas sebagai duta baca dibandingkan juara
pertama. Aku bisa bertemu dengan banyak orang-orang penting dan
mensharingkan ilmu kepada mereka. Selain itu aku berhasil mengajak
mereka untuk rajin membaca. Perlahan aku mulai bisa berdamai dengan
kekurangan diriku dan pada akhirnya malah menyukai tubuh sintal pendekku
ini.
KEEP DREAMING, KEEP ACTION
Komentar