Wisata Tempo Doeloe

Pada hari minggu ku turut ayah ke Kota, naik delman istimewa ku duduk di muka, ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja,mengendarai kuda supaya baik jalannya hey.... Siapa yang pernah keliling kota naik delman?? Kayaknya hampir gak ada yang pernah soalnya jaman sekarang delman sudah langka di kota Jakarta. Daripada muter-muter kota  naik  delman, mendingan kita muter-muter kota naik sepedah ontel. Selain murah meriah, sepedah juga gak menyebabkan polusi dan kita gak bakal kejebak macet dimana-mana.  


Karena alasan itulah gue memutuskan untuk mengikuti jelajah kota tua naik sepedah ontel yang di adakan oleh komunitas jelajah budaya. Pada hari minggu, 17 Mei 2009 gue dan salah satu teman kampus gue yang bernama Dessy Aryati alias Eci pergi ke kota tua untuk mengikuti  acara jelajah kota tua. Kita kumpul di museum bank Mandiri jam 8 pagi. Setelah registrasi dan gathering dengan teman-teman satu kelompok, gue dan Eci masuk ke dalam kelompok kampung Bandan. Kami diajak keliling museum bank Mandiri oleh panitia. Puas muter-muter museum, tibalah saatnya kami jalan-jalan ke kota tua.



            Panitia menyuruh kami turun ke lapangan. Di sana sudah berkumpul puluhan abang ojek sepedah bersama sepedah ontelnya.  Lima menit kemudian, waktunya berangkat. Satu-persatu abang ojek sepedah kelompok kami keluar dari Museum menuju hotel tua peninggalan Belanda seru banget  rasanya  bisa pawai bersama naik sepedah Ontel. 





            Tiba di Hotel tua peninggalan Belanda, semua peserta turun sebentar dari sepedahnya dan masuk ke dalam hotel.. Kakak pemandu segera cuap-cuap menjelaskan hotel tersebut. Puas melihat-lihat hotel, abang ojek sepedah kembali mengayuh sepedahnya menuju gudang tua pengangkut barang. Gudang tersebut terletak tak jauh dari hotel, di dalamnya hanya terdapat satu ruangan penyimpan barang dan ruangan belakang untuk mengirim barang. Di dalam ruangan belakang, terdapat jalur kereta api tempo dulu serta beberapa gerbong kereta yang sudah tak beroprasi lagi. Dulunya, gudang itu di pakai oleh pemerintah Belanda sebagai tempat menampung hasil bumii Indonesia sebelum  di kirim ke luar kota. Sekarang gedung tersebut di biarkan kosong dan sesekali dipakai untuk menyimpan barang-barang. Sebelum meninggalkan gudang tua tersebut, tak lupa kami berfoto-foto ria.


            Perhentian berikutnya adalah Masjid tua di kampung Bandan. Masjid tersebut terletak di bawah tol jakarta- ancol. Bangunan Masjid tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil,tetapi kokoh dan memiliki aura magic yang besar. Konon, katanya dahulu di pelataran masjid tersebut pernah di pasang tiang pemancang untuk mendirikan jalan tol. Namun, selalu rusak dan tidak pernah berdiri kokoh bahkan sampai 3 kali dipasangpun, tetap tak bisa berdiri kokoh. Makanya, jalan tol digeser sedikit ke sebelah kiri jalan. Di dalam masjid ada tiga buah kuburan tempat para pendiri masjid.


            Perjalanan dilanjutkan kembali menuju pelabuhan Sunda Kelapa.  Di sana, kami di perbolehkan untuk melihat-lihat sekeliling dan juga menaiki salah satu kapal yang sedang bersandar.  Kesempatan ini tidak gue sia-siain. Gue segera menaiki kapal dan menjelajah ke seluruh bagian kapal mulai dari ruang tamu, dapur, ruang kemudi, teras atas sampai ke dalam perut kapal tempat mesin-mesin berada. Tak lupa, gue dan eci berfoto-foto ria  di tempat-tempat yang bagus seperti di teras kapal, di bagian depan kapal dan juga bersama para penjaga kapal. Satu jam kemudian, kami kembali melanjutkan perjalanan ke museum Fatahilah.  



            Sampai di museum Fatahilah, suasana mulai memanas. Matahari Jakarta mulai menyengat tubuhku. Panas, gerah dan lembab banget rasanya. Gue dan eci masuk ke museum Fatahilah untuk menghindari sengatan Matahari yang mulai menggila. 


            Pertama-tama, kami berfoto-foto dulu di atas tangga naik, lalu kami sibuk melihat-lihat koleksi museum satu persatu. Ternyata, koleksi museum Fatahilah cukup lengkap. Ada lukisan-lukisan jaman dulu, trus ada replitika batu prasasti-prasati kerajaan, foto2 gubernur jakarta di waktu pemerintahan belanda  bahkan sampai benda-benda khas yang hanya bisa ditemui di Jakarta seperti becak, warung kelontong dan tukang bakso.


            Cape muter-muter museum fatahilah, kami kembali ke museum bank Mandiri melewati pedestrian Fatahilah... Pedestriannya keren banget. Di kiri dan kanan jalan, terdapat banyak bangunan-bangunan tua bergaya ala Belanda.dan batu-batu bundar yang dipakai untuk foto2.  Trus ada mobil-mobil tua dan motor2 besar seperti harley Davidson yang di parkir di situ. 

           Disini, bakat Narsis gue mulai keluar.. gak mungkin gue melewatkan tempat keren ini untuk foto2.. lagipula, banyak juga pengunjung di situ yang sibuk berfoto-foto ria. Bahkan di beberapa sudut bangunan, ada beberapa anak sekolah yang sedangfoto BTS. Langsung saja gue mengeluarkan kamere HP dan meminta Eci untuk menjeprat-jepret diri gue. Dan hasilnya…luarbiasa…Keren banget…seperti hasil fotografer profesional..dan backgroundnya seperti di dalam Studio foto. 


            Saat asyik berjeprat-jepret ria, terdengar suara2 gaib dari perutku.  Mendadak cacing2 di dalamnya berdemo meminta makan..segera saja, aku menyudahi foto-foto dan segera lari meuju museum bank Mandiri untuk menukar vocher makan yang dibagikan oleh panitia. Sambil makan siang bersama, panitia memutarkan film-film Indonesia tempo dulu. Film tersebut menceritakan kota Jakarta di masa pemerintahan Belanda.


            Pukul dua siang film selesai. Aku dan Eci memutuskan untuk keliling Museum . hari itu sedang di adakan Worldbook Day. Worldbook day adalah sebuah acara yang bertujuan untuk mengembangkan minat membaca masyarakat. Di WBD, berkumpul banyak komunitas-komunitas seperti komunitas StarWars, komunitas KKS Melati, komunitas Mata Pena dan komunitas Jelajah Budaya.  


            Gue juga menonton sebuah film tentang jaman pendudukan Balanda di Indonesia. Ada sebuah stand yang unik yaitu stand pembuat topeng muka. Kenapa unik? Karena di stand itu, kita bisa membuat topeng muka yang terbuat dari arkelik dan tanah liat. Topeng muka tersebut bisa di bentuk sesuai keinginan kita. Hanya butuh waktu 25 menit untuk membuat topeng tersebut.. 


       Jam tigaan,teman gue,  Reza dkk tiba di museum. Kami keliling2 museum sebentar, lalu mampir ke taman Fatahilah.  Taman fatahilah di sore hari amat ramai.. Pelatarannya penuh sesak dengan anak-anak muda dari berbagai komunitas. Ada dari comunitas sepeda Ontel, komunitas sketers dan ada komunitas anak jalanan.
            Gue, Eci, dan Reza foto-foto sebentar di beberapa sudut taman dan tak lupa berfoto bersama di depan Batavia Café. Sebelum Magrib tiba, kami memutuskan untuk pulang ke serpong naik Busway dari Halte Kota .

      Benar-benar perjalanan budaya yang mengasyikkan. Sambil jalan-jalan, gue mendapatkan wawasan dan informasi baru tentang budaya tempo dulu di Jakarta. Rasa cinta pada budaya Indonesia di diri gue semakin bertambah. 

Komentar

Postingan Populer